Oleh : Deddy Todongi
Penemuan ribuan kerangka manusia yang berserakan di dalam sebuah gua Makilo, Desa Boe, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, menjadi bukti kuat keberadaan komunitas masa lampau dan jejak tradisi pemakaman kuno suku To Pamona. Situs ini tidak hanya menyimpan tulang-belulang, tetapi juga menyimpan kisah tentang sistem kepercayaan dan cara hidup masyarakat prasejarah yang pernah mendiami wilayah ini.
Tradisi penguburan di gua Boe merefleksikan pandangan dunia yang erat dengan animisme dan dinamisme — sistem kepercayaan yang menghormati alam, arwah leluhur, dan kekuatan gaib yang diyakini hadir dalam setiap unsur kehidupan. Tata letak kerangka dan artefak yang ditemukan menunjukkan bahwa pemakaman dilakukan dengan tata cara yang terstruktur, dan besar kemungkinan disertai ritual spiritual yang kuat.
Meskipun belum ada kepastian resmi mengenai usia dan awal mula penggunaan gua ini sebagai tempat pemakaman, sejumlah peneliti dan warga lokal meyakini bahwa gua ini pernah digunakan sebagai tempat penguburan massal bagi korban wabah flu Spanyol yang melanda pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Hipotesis ini muncul dari pola penyebaran kerangka yang tidak biasa dan konsentrasi jumlahnya dalam satu periode tertentu.
Lebih jauh, ada dugaan bahwa gua ini juga menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi sekelompok pembuat megalit yang sedang bermigrasi dari Lembah Bada menuju wilayah baru — suatu perjalanan spiritual dan sosial yang hingga kini arah dan tujuannya belum sepenuhnya terungkap.
Dengan segala kekayaan arkeologis dan nilai budayanya, Gua Boe bukan sekadar ruang sunyi berisi tulang-belulang, tetapi menjadi saksi bisu dari perubahan zaman, keyakinan, dan pergerakan manusia purba di Sulawesi Tengah. Pelestarian situs ini penting tidak hanya untuk menjaga warisan leluhur, tetapi juga sebagai sumber pengetahuan lintas disiplin: arkeologi, antropologi, hingga sejarah lokal.
إرسال تعليق