Di balik keindahan Danau Poso yang membentang di jantung Sulawesi Tengah, tersimpan sejarah geologis yang dramatis: danau ini terbentuk bukan karena letusan gunung api, melainkan oleh gerakan kerak bumi yang dalam dan terus berlangsung hingga kini.
Peneliti geologi menyebut Danau Poso sebagai danau tektonik, yang terbentuk akibat aktivitas patahan atau sesar yang menyebabkan bagian kerak bumi turun membentuk cekungan besar, kemudian terisi oleh air. Lokasinya yang memanjang dari barat ke timur sepanjang lebih dari 30 kilometer dan kedalamannya yang mencapai lebih dari 400 meter menjadi ciri khas danau yang terbentuk dari cekungan graben—istilah geologi untuk lembah yang terbentuk di antara dua patahan normal.
“Danau Poso berada pada sistem patahan aktif yang kemungkinan berkaitan dengan Sesar Palu-Koro,” ujar seorang peneliti geotektonik dari Universitas Tadulako. “Pergerakan sesar ini bisa menjelaskan kenapa danau ini dalam, memanjang, dan berada pada jalur retakan bumi.”
Citra satelit dan peta geologi yang dirilis oleh Badan Geologi menunjukkan bahwa zona Poso merupakan salah satu wilayah rawan gempa dengan sesar-sesar aktif yang belum seluruhnya terpetakan. Patahan yang melintas di bawah danau ini berpotensi menyebabkan gempa dangkal yang dapat memicu longsor bawah air, pergeseran tebing, atau bahkan liquifaksi di dasar danau.
Selain potensi bencana, para ilmuwan menilai Danau Poso juga menyimpan informasi penting tentang sejarah bumi. Endapan dasar danau diyakini menyimpan rekaman gempa dan iklim purba, yang bisa membuka wawasan baru tentang dinamika Sulawesi Tengah sejak ribuan tahun lalu.
“Ini adalah laboratorium alam terbuka,” kata Dr. Robert Hall, pakar tektonik dari Royal Holloway University of London, dalam publikasinya tentang geodinamika Asia Tenggara. “Sulawesi adalah wilayah yang sangat aktif, dan Danau Poso adalah contoh nyata bagaimana tektonik memahat lanskap.”
Masyarakat sekitar diimbau untuk tetap waspada terhadap gempa, khususnya karena beberapa getaran susulan kecil yang masih terjadi di wilayah sekitar danau. Meski belum ada bukti kuat bahwa danau bisa meluap akibat gempa, deformasi bawah air tetap menjadi perhatian.
Pemerintah daerah dan lembaga riset diharapkan terus mengembangkan pemantauan geofisika di wilayah ini, baik untuk mitigasi bencana maupun untuk mendukung riset ilmiah.
Referensi Ilmiah:
- Bellier, O., Sebrier, M., et al. (2006). Active faulting and seismic hazard in Sulawesi. Earth and Planetary Science Letters.
- Hall, R. (2002). Cenozoic plate tectonic reconstructions of SE Asia. Journal of Asian Earth Sciences.
- Badan Geologi (2019). Peta Sesar Aktif Sulawesi Tengah.
- Tim Geologi Sulawesi Tengah (2022). Laporan Awal Studi Struktur Dasar Danau Poso.
- BMKG, Data Seismik Wilayah Sulawesi Tengah, 2015–2024.
Posting Komentar